Aborsi dan seks bebas sudah bukan merupakan hal yang asing dikalangan masyarakat, terutama generasi muda khusunya di Indonesia. Pengguguran kandungan atau aborsi adalah berakhirnya kehamilan dengan dikeluarkannya janin (fetus) atau embrio sebelum memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di luar rahim, sehingga mengakibatkan kematiannya. Aborsi yang terjadi secara spontan disebut juga "keguguran". Aborsi yang dilakukan secara sengaja seringkali disebut "aborsi induksi" atau "abortus provokatus". Kata aborsi umumnya hanya digunakan dalam pengertian abortus provokatus. Prosedur serupa yang dilakukan setelah janin berpotensi untuk bertahan hidup di luar rahim juga dikenal dengan sebutan "aborsi tahap akhir".

Di wilayah Asia Tenggara,WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun,dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di indonesia, dimana 2.500 diantaranya berakhir dengan kematian. Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. (Medical-Journal, Soetjiningsih, 2004). Menurut Parawansa (2000), menyatakan bahwa jumlah aborsi di Indonesia dilakukanoleh 2 juta orang tiap tahun, dari jumlah itu, 70.000 dilakukan oleh remaja putri yang belummenikah. Menurut Azwar,A (2000) menyatakan bahwa jumlah aborsi pertahun di Indonesia sekitar 2,3 juta. Setahun kemudian terjadi kenaikan cukup besar. Menurut Nugraha,B,D, bahwa tiap tahun jumlah wanita yang melakukan aborsi sebanyak 2,5 juta. Menurut seminar yang diadakan tanggal 6 Agustus 2001 di Jakarta Utomo,B, melaporkan hasil penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia tahun 2000, menyimpulkan bahwa di Indonesia terjadi 43 aborsi per 100 kelahiran hidup. Ia juga menyampaikan bahwa sebagian besar aborsi adalah aborsi yang disengaja, ada 78 % wanita diperkotaan dan 40 % di pedesaan yang melakukan aborsi dengan sengaja. (Kusmaryanto, 2002).

Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal dan faktor yang berbeda,salah satunya adalah seks bebas. Seks bebas ini sering terjadi di kalangan generasi muda atau remaja. Menurut Desmita(2005) pengertian seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual,seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual. Seks bebas ini dapat dipicu oleh berbagai hal seperti lingkungan,sosial budaya,penghayatan keagamaan, penerapan nilai-nilai, faktor psikologis hingga faktor ekonomi. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya seks bebas yaitu:

  • Faktor usia
    • Semakin dewasa seseorang maka semakin besar kemungkinan remaja tersebut melakukan seks bebas
  • Perubahan Hormon
    • Meningkatnya hormon pada remaja dapat menyebabkan meningkatnya keterlibatan seksual pada sikap dan hubungan terhadap lawan jenis
  • Agama
    • Kurangnya penerapan nilai-nilai agama dengan baik dapat memicu terjadinya perilaku seks bebas, karena remaja masih belum seberapa paham mengenai tindakan mereka mana yang salah dan mana yang benar menurut ajaran agama mereka masing-masing
  • Pacar
    • Remaja yang telah memiliki pacar kemungkinannya lebih besar untuk melakukan seks bebas, hal ini bisa karena adanya dorongan seksual dari kedua belah pihak dan mungkin ajakan atau dorongan dari sang pacar.
  • Orang Tua
    • Sikap orang tua yang mentabukkan atau cenderung tertutup mengenai hal-hal seperti seks justru akan membuat anak menjadi buta dan tersesat mengenai hal-hal tersebut dan akhirnya terjerumus akibat dangkalnya pengetahuan
  • Teman sebaya
    • Pengaruh kelompok teman sebaya menjadi pengaruh yang cukup kuat untuk melakukan seks bebas. Remaja cenderung lebih aktif secara seksual apabila memiliki teman sebaya yang juga demikian. Mereka berpikiran bahwa apabila teman mereka melakukan, maka mereka sudah menetapkan normatif di pikiran mereka bahwa hal tersebut bisa diterima
  • Kebebasan sosial
    • Kebebasan sosial mendorong sikap permisif dalam melakukan hubungan seksual
  • Daya tarik seksual
    • Orang yang merasa paling menarik atau atraktif secara seksual dan sosial memiliki pikiran permisif yang tinggi terhadap kontak seksual dan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual
  • Ketidak hadiran Ayah
    • Remaja yang besar dan tumbuh tanpa adanya kehadiran ayah memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan seks bebas. Hal ini dikarenakan remaja melakukan seks bebas untuk menemukan afeksi dan persetujuan sosial atau kemungkinan juga untuk menarik perhatian
  • Kecenderungan pergaulan bebas
    • Adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas diantara wanita dan pria, dapat menjadi pemicu yang cukup kuat untuk terjadinya seks bebas. Tidak adanya batasan antara pria dan wanita membuat mindset yang permisif untuk melakukan tindakan seksual.
  • Penyebaran informasi melalui media massa
    • Remaja merupakan mahkluk yang masih dangkal dan haus akan pengetahuan. Dengan rasa ingin tahu mereka yang tinggi, maka mereka dapat mendapatkan informasi apapun yang mereka mau dan mereka mencoba-coba. Namun info tersebut kebanyakan belum disaring atau kebanyakan tidak tersampaikan dengan benar sehingga banyak yang melakukannya dengan norma atau aturan yang salah

Aborsi merupakan tindakan yang melanggar hukum agama, begitu juga dengan seks bebas. Selain itu, seorang remaja yang telah melakukan aborsi dan seks bebas akan mengalami sangsi sosial dan memicu perasaan bersalah dari dirinya, yang dapat menyebabkan depresi dan akhirnya bunuh diri. Keluarga pun juga akan terkena imbasnya karena perasaan malu yang disebabkan dari adanya sangsi sosial tersebut. Seks bebas juga memicu terjadinya pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak terarah sehingga akan merugikan perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, hal ini perlu disikapi dengan baik. Terdapat beberapa cara untuk mencegah/solusi untuk mengurangi tindakan aborsi dan seks bebas ini yaitu dengan cara:

  1. Memberikan pendidikan seks dengan benar

Seks bebas terjadi karena ketidaktahuan remaja terhadap berbagai resiko seks bebas dan aborsi seperti kehamilan,penyakit menular bahkan kematian. Oleh karena itu, pendidikan seks adalah langkah yang tidak boleh dilupakan dan paling penting untuk mencegah terjadinya seks bebas. Di indonesia, memang hal-hal seperti ini masih dianggap tabu ,namun dengan perkembangan jaman yang terjadi informasi dapat diakses dimana-mana, maka pastikan anak-anak anda mendapatkan informasi yang benar langsung dari anda

2. Mendekatkan diri kepada Tuhan

Agama merupakan salah satu pengendali manusia yang paling kuat untuk tetap berada di jalan yang stabil(menghindari kekacauan). Dengan menerapkan nilai-nilai agama dengan baik, kita cenderung lebih takut untuk berbuat dosa dan mencegah terjadinya seks bebas dan aborsi

3. Memilih lingkungan yang positif

Lingkungan sangat berperan dalam membentuk karakter dan keseharian seseorang. Oleh karena itu, pilihlah lingkungan yang positif dan menjauhkan diri dari hal-hal negatif seperti seks bebas

4. Pahami dampak negatif seks bebas

Hal yang dapat membuat seseorang menjauhi seks bebas adalah dengan memahami dampak negatifnya. Ketahuilah bahwa seks bebas bisa meningkatkan resiko terjangkit AIDS/HIV yaitu salah satu penyakit yang belum ada obatnya. Selain itu, kita akan dihantui perasaan berdosa dan bersalah dalam jangka panjang sehingga dapat menjadi konsekuensi yang fatal untuk masa depan.



nama   : Franzesta Millenia Malo

nim      : 041811333221
prodi    : Akuntansi

Hits 5293